MimpiKu,
Ku Kejar
Disebuah perkampungan tinggallah sepasang suami istri yang
telah memiliki tiga orang anak. Sepasang suami istri ini adalah Bapak Shafiq
dan Ibu Tari, serta anak-anak mereka yang pertama Faisal, Dika, dan yang paling
terakhir si bungsu Tiyo, ketiganya masih bersekolah. Namun sayang keluarga ini
hidup dengan kondisi yang serba pas-pasan. Faisal anak pertama mereka sekarang
duduk dibangku SMA kelas XII, Faisal bersekolah di SMA ELANG NUSANTARA yang
bila ditempuh dengan berjalan kaki, jaraknya sangat jauh dari rumahnya. Kedua
adiknya sekarang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ayah Faisal adalah ketua
paguyuban pencak silat dikampungnya, sedangkan Ibunya hanyalah Ibu rumah
Tangga.
Faisal sangat pintar dikelasnya dan dia juga mempunyai
semangat juang yang begitu tinggi untuk bisa melanjutkan kuliah. Namun sayang,
Ayahnya menginginkan anaknya ini untuk mengikuti jejaknya saja, dan melarang
Faisal untuk melanjutkan kuliah. Tapi, Faisal tetap pada pendiriannya dan dia
berusaha untuk mewujudkan segala mimpi-mimpinya itu. Hingga suatu hari ketika
Ayahnya sedang duduk dibangku didepan rumah, Faisal menghampiri Ayahnya “Yah,
Faisal kepengin sekali untuk melanjutkan kuliah.” Ujar faisal kepada Ayahnya.
“Sal Sal, Ayahmu ini tidak punya uang untuk mengkuliahkanmu
dan Ayah hanya ingin kamu untuk mengurusi paguyuban pencak silat saja.” Jawab
Ayahnya.
“Tapi Yah. . .” Pembicaraan Faisal langsung terhenti.
“Tapi apa Sal? Sudahlah kamu harus turuti kata-kata Ayah
saja.” Ujar Ayahnya. Ibu yang berada didapur keluar membawakan secangkir teh
hangat untuk Ayah.
“Ini tehnya Yah diminum dulu.” Kata Ibu. Dalam batin Ibu, Ibu
tahu apa yang sedang diinginkan oleh Faisal.
“Yah, tidak ada salahnya kan kalau Faisal ingin melanjutkan
kuliah, siapa tahu dia kelak bisa menjadi orang yang sukses dan bisa
membanggakan kita.” Ujar Ibunya.
“Iya Bu, tapi Ibu juga tahu sendiri kehidupan kita ini
pas-pasan, dan Ayah juga tidak punya uang untuk menyekolahkan lagi Faisal,
adik-adik Faisal juga masih butuh biaya.” Jawab Ayahnya.
“Masalah itu kan bisa kita cari solusinya Yah, kalau ada niat
pasti ada jalan.” Sahut ibunya.
“Ya Ayah tahu, tapi sudahlah Bu, Ayah tetap pada pendirian
Ayah.” Jawab Ayahnya dengan suara tegas.
“Ya sudahlah Yah kalau memang Ayah tetap pada pendirian Ayah,
tapi Faisal tetap berharap suatu saat nanti Faisal bisa melanjutkan kuliah, dan
Faisal juga berharap kelak Ayah bisa berubah pikiran.” Ungkap Faisal seraya
meninggalkan Ayahnya dan masuk menuju kedalam kamarnya, sebenarnya dia merasa
sangat kecewa. Namun dia tidak bisa berbuat banyak.
Disekolah Faisal termasuk siswa yang berprestasi, dia juga
selalu mendapatkan peringkat 1 dikelasnya. Dia juga telah mendapatkan beberapa
penghargaan atas prestasinya. Dikelas dia dipercaya untuk menjadi ketua kelas
dan tidak jarang dari teman-temannya yang meminta Faisal untuk mengajari
tugas-tugas yang diberikan dari gurunya. Faisal terkenal sebagai anak yang
tidak sombong dan suka membantu teman-temannya yang sedang kesulitan, walaupun
dia sendiri hidup dengan pas-pasan. Egi teman akrab Faisal sangat kagum pada
sifat-sifat yang dimiliki oleh Faisal. Egi adalah teman akrab Faisal yang setia
mendengarkan keluh kesah yang sedang dihadapi oleh Faisal, mereka sangat klop
banget.
Hingga suatu hari ketika jam kosong “Sal, jajan yuuk.” ajak
Egi.
“Gua lagi gak ada duit Gi.” Jawab Faisal.
“Nanti gua traktir deh gimana?” tawar Egi pada Faisal.
“Wahh, masa’ loe ntraktir gua terus Gi, gua kan enggak enak.”
Jawab Faisal.
“Alaah udahlah Sal, nggak usah nggak ngrasa enak kayak gitu,
gua kan teman loe jadi kalo gua ntraktir loe nggak apa-apa kan, ntar
kapan-kapan gantian” Ujar Egi sambil tertawa.
“Iya ntar gentian, tapi kalo gua ada duit ya.hehehe.” jawab
Faisal.
“Sipz kalo gitu, udah yuuk buruan gua laper nie.” Ajak Egi
yang udah kelaparan. Merekapun menuju ke kantin, setibanya dikantin mereka
langsung memesan makanan.
Sambil menunggu pesanannya, “Sal, habis lulus nanti loe mau
lanjut kemana?” Tanya Egi.
“Hhm, gua nggak ngerti Gi.”jawabnya.
“lho kok bisa?” Tanya faisal kembali.
“Iya Gi, gua nggak ngerti guan tar bisa lanjut kuliah nggak,
soalnya Ayah gua nglarang gua buat nglanjuti kuliah dengan alasan nggak ada
biaya, dan Ayah juga nyuruh gua buat ngurusi paguyuban pencak silatnya.” Jawab
Egi.
“Terus kalo Ibu loe?” Tanya Egi.
“Ibu berbeda dengan Ayah, beliau pengin gua biar bisa
nglanjutin sekolah, walau nggak ada biaya. Ibu bilang kalo ada niat pasti ada
jalan. Yaa, tapi Ayah tetap bersikukuh nglarang gua.” Jawab Faisal.
“Tapi Sal, kalo menurut gua juga sayang banget kalo loe nggak
nglanjutin kuliah, loe kan pintar.”
“Hhm, gua juga pengin bisa nglanjutin kuliah Gi, tapi. . .? ya
sudahlah, gua juga harus sadar diri adik-adik gua juga butuh biaya buat
sekolah, sebagai kakak gua harus bisa ngalah dikit.”jawab Faisal
Egipun mengerti apa yang sedang dirasakan oleh temannya ini,
tapi Egi tidak bisa berbuat banyak buat Faisal. Mungkin kalau bisa membantu
itupun dia hanya bisa bantu sedikit-sedikit.
Teeeettt. . .Teetttt. . .Teetttt
Bel pulang sekolah pun berbunyi dan siswa-siswi SMA ELANG
NUSANTARA pun berhamburan keluar untuk pulang, seperti biasa Egi dan Faisal
selalu pulang bareng, emang dasar sahabat yang klop banget mereka, jadi
kemana-mana sering bareng. Kebetulan nanti malam malam minggu dan biasanya
mereka keluar bareng untuk sekedar refreshing menghilangkan sedikit penat yang
ada dikepala selama seminggu ini.
“Sal, ntar malam loe ada acara nggak?” Tanya Egi
“Ehm, gua malam ini kayaknya enggak deh, emangnya kenapa Gi?”
“Ntar malam keluar yuuk, jenuh nie pikiran gua selama seminggu
nie.” Jawab Egi
“Ehm, gua nggak janji ya Gi, lagian loe nggak ngapelin cewek
loe? Mumpung malam minggu gitu, hehehe.” Ujar Faisal sambil sedikit tertawa.
“Ahh. . .loe ma biasa, ntar malam gua kerumah loe ya Sal.”
Jawab Egi
“Ya gua terserah loe ajalah Gi.” Kata Faisal
Akhirnya Faisal pun sampai dirumahnya, dia terlihat begitu
lelah hari ini, dia pun langsung menuju kekamarnya dan langsung merebahkan
badannya. Belum lama dia merebahkan badannya dating adiknya yang paling kecil
kekamarnya.
“Kak, , ,Kakak, , ,” panggil adiknya sambil mengetuk pintu
kamar Faisal.
“Ada apa Yo?” Tanya Faisal pada adiknya.
“Temenin Tiyo main bola yuk kak.” Pinta Tiyo pada kakaknya.
“Ehm, sebentar ya Yo, kakak capek banget.” Jawab Faisal
“Yah kakak.” Tiyo agak sedikit cemberut.
Tiba-tiba dating Ibunya yang mendengar rengekan Tiyo, “Kakakmu
itu masih capek Tiyo, main bolanya lain kali saja.” Kata Ibunya.
Akhirnya Tiyo pun bisa mengerti, dan dia akhirnya pergi
bermain dengan teman-temannya.
“Kamu sudah makan?” Tanya Ibu kepada Faisal.
“Belum Bu, Faisal juga belum lapar.” Jawab Faisal.
“Ehm, ya sudah tapi kalau kamu makan dimeja makan sudah ada
nasi dan lauk, nanti kamu ambil sendiri ya.” Kata Ibu.
“Iya Bu, nanti Faisal ambil sendiri. Ayah kemana Bu?” Tanya
faisal pada Ibunya.
“Ayahmu pergi ke padepokan, hari ini Ayah melatih anak-anak
yang akan mengikuti pertandingan lusa.” Jawab Ibunya.
Sebenarnya Faisal sangat kagum pada Ayahnya yang sangat gigih
dan bertanggung jawab pada sesuatu yang telah diamanatkan kepadanya. Bagi
Faisal sosok Ayahnya tidak bisa digantikan oleh siapa pun, walaupun Ayahnya
memiliki sifat yang selalu bersikeras yang terkadang membuat Faisal agak
sedikit harus mengalah dengan keputusan Ayahnya, tapi rasa sayang dan kagum
Faisal tidak pernah hilang. Baginya sosok Ayah adalah sosok yang menjadi
panutan dalam hidupnya.
Malam harinya ketika Bapak dan Ibu Faisal sedang duduk-duduk
didepan rumah, datang Egi kerumah Faisal.
“Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam.” Jawab Bapak dan Ibu.
“Eh, nak Egi ada apa ya malam-malam datang kerumah?” Tanya
Ayah.
“Ehm, iya Pak biasalah anak muda.” Jawab Egi sambil tersenyum.
“Owh iya bapak tahu, bapak kan juga dulu pernah muda.” Kata
Bapak sambil Tertawa.
“Ayo silakan duduk nak. Ibu panggilkan Faisal sebentar ya.”
Ujar Ibu sambil pergi kedalam untuk memanggil Faisal.
Sambil menunggu Ibu yang sedang memanggilkan Faisal, Egi pun bercengkrama
dengan Ayah Faisal.
“Hhm, Faisal rencana mau melanjutkan dimana pak?” Tanya Egi
pada Ayahnya Faisal.
“Owh Faisal ya, sepertinya Faisal tidak bisa melanjutkan
kuliah karena Bapak tidak punya biaya untuk membiayai Faisal kuliah, karena
penghasilan Bapak yang pas-pasan tidak seperti keluargamu.” Jawab Bapak
Dalam batin Egi, dia merasa tidak enak menanyakan hal itu.
Namun tak apalah karena sudah terlanjur. “Tapi pak, Faisal ini kan anak yang
pintar.” Ujar Egi.
“Iya Gi, tapi untuk biaya hidupnya Bapak tidak sanggup. Bapak
juga masih punya tanggungan untuk adik-adik Faisal.” Jawab Bapak
“Iya Pak, semuanya pasti ada jalan Pak.” Ujar Egi kembali.
“Iya kamu betul nak, sebenarnya besar keinginan Bapak untuk
menguliahkan Faisal, tapi apa mau dikata. Bapak hanya bisa berharap Faisal mau
membantu Bapak untuk mengurusi paguyuban pencak silat.” Ujar Bapak.
Tak lama kemudian Faisal pun keluar “Jadi mau keluar Gi?”
Tanya Faisal
“Hhm, nggaklah disini saja dirumahmu, nemenin Bapak
bercengkrama saja.” Jawab Egi sambil tersenyum.
“Wah Bapak jadi serasa muda lagi kalau kayak gini.” Ucap Bapak
sambil tersenyum. Mereka pun tertawa mendengarnya dan akhirnya mereka
memutuskan untuk tidak jadi keluar. Keasikan bercengkrama akhirnya malam pun
semakin larut, dan Egi pun berpamitan untuk pulang.
Saatnya kembali lagi ke aktivitas biasa, kembali untuk
bersekolah kembali dengan tugas-tugas dari guru, ya inilah resiko menjadi
seorang pelajar, mungkin itu keluh kesah yang selalu ada pada seorang pelajar.
Disekolah ada salah satu teman Faisal yang selalu iri dengan Faisal, dia iri
dengan sosok Faisal yang begitu pintar dan dia menganggap Faisal adalah
saingannya. Ya, Hafiz sangat tidak suka dengan Faisal dengan alasan yang tidak
masuk akal. Hafiz adalah anak dari keluarga yang cukup terpandang, Ayahnya
adalah seorang pengusaha terkemuka. Hafiz selalu berusaha untuk menjatuhkan
Faisal, mereka berdua berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam prestasi.
Namun, justru Faisallah yang lebih pintar, bahkan ketika ada
kesempatan mengikuti olimpiade matematika ke Jepang, Faisallah yang masuk. Tapi
hal itu ditentang oleh Ayahnya, karena tidak ada biaya untuk kesana. Akhirnya
hal itu pun terdengar oleh Hafiz, dan Hafiz ingin membuat malu Faisal. Dan
suatu ketika Faisal di skor dari sekolah, gara-gara berkelahi dengan Hafiz.
Akibat hal itu Faisal sempat frustasi
dan dia ingin berhenti dari sekolah. Namun, dia tetap bersabar dan tegar karena
dia ingat akan sosok Ayahnya yang selalu memberi semangat kepadanya.
Dan dia berkata kepada Hafiz “Loe boleh menghentikan gua dari
sekolah, tapi satu hal yang perlu loe tahu, gua nggak akan pernah berhenti buat
ngejar cita-cita gua dan kelak gua akan buktikan gua bisa, karena gua
mengabdikan diri gua buat orangtua gua.” Ujar faisal dengan suara tegas.
Dan secara tidak sengaja ada salah satu guru yang mendengar
itu, dan guru tersebut merasa iba. Karena ibanya itu guru tersebut datang
kerumah Faisal dan dia dia hendak memberikan sedikit sesuatu untuk Faisal agar
bisa mengikuti olimpiade ke Jepang. Pihak sekolah juga menjamin untuk
keberangkatan Faisal ke Jepang. Hingga akhirnya Faisal dapat berangkat ke
Jepang untuk mengikuti olimpiade, dan dia dapat menjadi juara.
Akhirnya berita itu pun tersebar luas di media, hingga suatu
hari ada seorang pengusaha yang mendengar itu, dan dia datang kerumah Faisal
dengan maksud ingin mengangkat Faisal sebagai anaknya dan dia berniat untuk
membiayai sekolah Faisal hingga Perguruan Tinggi. Hingga suatu ketika
mimpi-mimpi Faisal pun terwujud, semua berkat kesabaran, keikhlasan, serta
keuletan yang dimilikinya. Keluarga Faisal pun sanggat bangga kepada Faisal.